BICARALAMPUNG– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi gempa besar akibat aktivitas megathrust di sejumlah wilayah Indonesia. Melalui unggahan di akun resmi Instagram @InfoBMKG, lembaga tersebut menegaskan bahwa beberapa zona megathrust di Tanah Air kini “tinggal menunggu waktu” untuk melepaskan energi besar.
Megathrust merupakan sumber gempa akibat penunjaman lempeng tektonik di zona subduksi, yakni area kontak antara dua lempeng yang saling bertumbukan. Aktivitas di zona ini berpotensi menimbulkan gempa bumi besar dan tsunami.
BMKG mencatat ada 16 zona megathrust aktif di Indonesia, di antaranya Aceh-Andaman, Nias-Simeulue, Mentawai-Siberut, Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat, Jawa Tengah–Timur, Bali, NTB, NTT, Laut Banda, hingga Utara Papua. Dua di antaranya, yakni Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, menjadi wilayah yang saat ini paling disoroti karena belum mengalami pelepasan energi besar dalam waktu lama.
Menanggapi peringatan BMKG tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung, Rudy Syawal, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai langkah mitigasi dan edukasi kebencanaan, khususnya bagi masyarakat di wilayah pesisir.
“Kami sudah melakukan pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah pesisir seperti Kabupaten Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, Tanggamus, dan Pesisir Barat. Mereka sudah memahami langkah-langkah yang harus dilakukan jika terjadi gempa atau tsunami akibat megathrust,” ujar Rudy, Rabu (8/10/2025) kepada media ini.
BPBD Lampung, lanjutnya, juga rutin bekerja sama dengan instansi terkait, termasuk TNI, sekolah, dan lembaga sosial, dalam kegiatan simulasi dan pembekalan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami.
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain:
1. Latihan Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi dan Tsunami Korps Marinir 2024.
2. Simulasi kebencanaan bersama SD Fransiskus 2 dan SD Fransiskus 7 Bandar Lampung.
3. Gladi simulasi penanggulangan bencana di kawasan berpotensi megathrust sesuai dengan rencana kontinjensi tahun 2021–2022.
Menurut Rudy, upaya mitigasi merupakan langkah paling efektif untuk meminimalisir dampak bencana. Ia menekankan pentingnya:
• Perencanaan tata ruang berbasis bencana di kawasan pesisir.
• Pembangunan sistem peringatan dini (Early Warning System) yang terpadu dan akurat.
• Edukasi kebencanaan di semua tingkatan masyarakat, termasuk sekolah dan tempat kerja.
• Simulasi rutin dan berkelanjutan agar masyarakat terbiasa bertindak cepat saat terjadi bencana.
“Kita tidak pernah tahu kapan bencana akan terjadi. Karena itu, masyarakat harus selalu siap dan waspada. Waspada, bersiaplah, dan terus bersiaplah,” tegas Rudy.
BPBD Lampung juga menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat (pentahelix) dalam membangun budaya tangguh bencana. Pemerintah daerah, kata Rudy, memiliki dokumen perencanaan lengkap seperti KRB, RPB, Renkon, dan Renops yang terintegrasi dengan kebijakan pembangunan daerah.
Selain itu, dukungan logistik dan sarana seperti mobil serbaguna, tenda pengungsi, menara cahaya, mobil dapur lapangan, serta peralatan penyelamatan terus disiapkan untuk memperkuat kapasitas tanggap darurat.
“Wilayah Indonesia memang berada di jalur cincin api yang rawan gempa dan tsunami. Potensi megathrust selalu ada, bisa terjadi kapan saja — dua menit lagi, setahun, atau lima tahun ke depan. Yang paling penting adalah kesiapan kita untuk menghadapinya,” tutup Rudy Syawal. (*)