Budiman AS Gelar Sosialiasi Pancasila di Kecamatan TBT

BICARALAMPUNG-Anggota DPRD Provinsi Lampung, Budiman AS, menegaskan pentingnya memperkuat kembali ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan di tengah tantangan moral dan sosial yang kian mengkhawatirkan. Hal itu disampaikannya dalam sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Telukbetung Timur, Minggu (12/10).

Budiman, yang juga Anggota Komisi I DPRD Lampung sekaligus Ketua DPC Partai Demokrat Kota Bandar Lampung, mengingatkan bahwa kondisi bangsa saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia menyoroti maraknya penyalahgunaan gadget di era digital yang justru melahirkan masalah sosial baru.

“Gadget punya manfaat, tapi juga mudarat. Sekarang muncul geng motor, narkoba, bahkan terorisme lewat HP. Kita khawatir, ke depan bangsa Indonesia akan seperti apa jika nilai-nilai Pancasila terus memudar,” ujarnya di hadapan peserta kegiatan.

Menurut Budiman, pengorbanan para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan tidak boleh dilupakan. Ia mengajak masyarakat untuk menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila sejak dari keluarga, lingkungan, hingga pendidikan.

Selain itu, Budiman juga menyinggung pentingnya pemahaman masyarakat terhadap peran dan kewenangan pemerintah. “Banyak yang salah kaprah, misalnya soal jalan rusak di Bandar Lampung, itu yang memperbaiki adalah wali kota, bukan pemerintah provinsi. Dana provinsi digunakan untuk kepentingan skala provinsi,” jelasnya.

Dalam giat itu, hadir sebagai narasumber, Anggalana, akademisi Universitas Bandar Lampung (UBL), yang menegaskan bahwa ideologi Pancasila merupakan pondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara. “Kalau pondasinya kuat, bangunan bangsa ini tidak akan mudah goyah. Ideologi itu harus hidup dalam keseharian kita, sebuah living ideology,” katanya.

Anggalana menyoroti hasil survei nasional yang menempatkan Bandar Lampung pada posisi 89 dari 94 kota dalam indeks toleransi nasional, yang berarti termasuk kategori intoleran. “Ini alarm bagi kita semua. Maka, peganglah tiga nilai utama Pancasila dalam keluarga — Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Persatuan. Beragama dengan benar, berbuat baik kepada sesama, dan menjaga persatuan,” ujarnya.

Sementara, moderator kegiatan, Levi Tuzaidi, memaparkan hasil survei terhadap pelajar SMA, di mana 83,3 persen siswa mengaku jarang mendapat pendidikan moral dan Pancasila di sekolah. “Sejak BP7 dibubarkan, pendidikan ideologi nyaris hilang. Kita sedang darurat Pancasila, apalagi dengan derasnya arus media sosial yang sangat memengaruhi cara berpikir anak-anak,” ungkapnya.

Levi menegaskan, Pancasila adalah alasan mengapa masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan tanpa mempermasalahkan perbedaan suku dan agama. “Kalau kita ingin bangsa ini baik, pembenahan harus dimulai dari diri sendiri dan dari pemimpin. Pilihlah pemimpin yang punya rekam jejak, visi, dan program jelas — bukan yang datang hanya untuk salam tempel,” tegasnya.

Ia juga menyoroti fenomena politik uang yang semakin mengakar. “Pemilu semakin carut-marut, money politic luar biasa. Maka jangan salahkan siapa-siapa kalau bangsa ini rusak. Kesadaran harus kita bangun sejak dini,” tutupnya.

Kegiatan sosialisasi ini dihadiri puluhan masyarakat Keteguhan dan sekitarnya yang antusias mengikuti diskusi tentang nilai-nilai kebangsaan di tengah derasnya arus globalisasi dan disinformasi digital. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *