BICARALAMPUNG– Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung kembali jadi sorotan. Baru dua bulan duduk di kursi direktur utama, dr. Imam Ghozali, Sp.An, KMN, langsung dihantam gelombang kritik dan persoalan klasik yang menumpuk bertahun-tahun.
Belum sempat merapikan konsolidasi internal, Imam sudah “diserbu” isu berlapis: tudingan soal kinerja, dugaan kedekatan dengan politisi, proyek rumah sakit, hingga keluhan pelayanan. Semua masalah warisan lama itu kini menjerat pundaknya.
Tak berhenti di situ, dalam beberapa pekan terakhir ia juga harus menghadapi dugaan praktik pemerasan oleh oknum LSM. Polanya lewat pemberitaan miring dan ancaman aksi demo, yang disinyalir berkaitan dengan permintaan jatah proyek rumah sakit.
Meski jabatan barunya masih seumur jagung, dokter spesialis anestesi ini memilih tidak gentar. “Bismillah,” ucapnya saat menerima tongkat estafet kepemimpinan dari dr. Lukman Pura, Sp.PD, K-GH, MJSM, Jumat (8/8) lalu.
RSUDAM bukan rumah sakit biasa. Berdiri sejak 1937, ia menjadi ikon kesehatan Lampung. Dari 15 kabupaten/kota, hampir semua pasien dengan kondisi serius berakhir di sini. Harapan publik tinggi, namun keluhan tak pernah berhenti. Peralatan medis vital seperti MRI dan CT-Scan sering dikeluhkan tak optimal. Fasilitas kebersihan dan ruang tunggu dinilai minim kenyamanan. Belum lagi soal insentif tenaga kesehatan yang kerap memicu polemik.
Di media sosial, kritik pelayanan menggema. Lembaga auditor negara menyoroti tata kelola keuangan dan proyek. Isu pungutan liar hingga dugaan permainan pengadaan ikut menyeruak.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal bersama Wakil Gubernur Jihan Nurlela mengakui, perubahan RSUDAM tak bisa instan. Namun, kepemimpinan baru diharapkan mampu membuka peluang menjadikan RSUDAM bukan sekadar “rumah sakit rujukan terakhir”, melainkan pusat pelayanan yang profesional, ramah, dan modern.
Imam sendiri bukan sosok asing. Sebelum terpilih lewat seleksi terbuka Pemprov Lampung, ia sempat menjabat sebagai Plt. Dirut. Pengalaman itu membuatnya cukup paham peta masalah rumah sakit rujukan terbesar di Lampung ini. “Masalah RSUDAM tidak sedikit. Tapi ini rumah sakit kita bersama. Saya ingin semua pihak—tenaga kesehatan, manajemen, maupun masyarakat—ikut bergerak memperbaiki,” tegasnya.
Derasnya kritik justru harus jadi momentum. Dengan pengalaman, pemahaman akar masalah, dan dukungan politik, Imam punya peluang membalikkan keadaan.
Kini publik menanti: mampukah Imam mengubah wajah RSUDAM dari rumah sakit penuh keluhan menjadi rumah sakit yang memberi harapan dan senyum lega bagi rakyat Lampung? “Insya Allah, dengan doa masyarakat Lampung dan semangat kebersamaan, saya akan berusaha membenahi persoalan satu per satu,” pungkasnya. (*)